Senin, 25 April 2016

Resensi Novel "Surat Panjang Tentang Jarak Kita yang Jutaan Tahun Cahaya"

Judul      :Surat Panjang Tentang Jarak Kita yang Jutaan Tahun Cahaya
Penulis     : Dewi Kharisma Michellia
Penerbit   : Gramedia
Tahun     : 2013

Bundelan 37 surat beserta keping CD yang telah ditranskrip, dikirim oleh seseorang tanpa nama pada seorang pria di Agustus 2013. Catatan pengirim menyatakan bahwa surat-surat tersebut ditujukan pada pria tersebut dan telah ditulis ulang oleh seorang anak pemilik toko buku dimana surat-surat itu didapat dan pada akhirnya bisa dikirim kepada yang dituju.

Surat-surat itu diawali di 23 Juli 2008 dan berakhir di surat yang tercantum tanggal 26 Juni 2011. Surat-surat panjang tersebut merupakan kisah seorang reporter wanita keturunan Bali-Bima yang tinggal di Ibukota. Di dalamnya tidak hanya memuat perjalanan cintanya yang getir, tetapi juga pandangannya terhadap kehidupan sosial, politik, serta budaya Indonesia.

Pria yang dituju dalam surat dialiaskan dengan nama Tuan Alien adalah cinta pertama sang penulis surat. Padanya si penulis tersebut menceritakan kegelisahannya, termasuk rasa sedihnya ketika dirinya mendapatkan surat undangan pernikahan Tuan Alien dengan seorang selebritis yang juga penulis best seller. Awalnya surat tersebut hanya sampai tanggal 30 Juli 2011, yang merupakan hari pernikahan Tuan Alien. Akan tetapi, surat-surat tersebut dibatalkan untuk diberikan sebagai kejutan pernikahan, dan atas saran Tuan Pemilik Toko-sahabatnya, surat-surat tersebut baiknya dilanjutkan ditulis.

Pesta pernikahan di Bali tersebut kemudian menjadi napak-tilas memori sang penulis terhadap kehidupan masa lalunya yang rumit. Di Bali itulah dia menjelajahi tempatnya dibesarkan sebelum kemudian pindah ke Bima bersama kakak-kakaknya di rumah neneknya, meninggalkan ibu yang kesepian di Bali. Di sanalah dia menemukan cinta-cinta yang ditinggalkan dan diabaikannya selama ini, dari mulai keluarga hingga pria yang katanya rela menantinya hingga mati. Hingga dia kembali ke Jakarta, dirinya menemukan bahwa dia sendiri dan terasing di usianya yang keempat puluh tahun. Dari sanalah kemudian dia mulai membuka hatinya untuk menerima comblangan Nyonya Pemred pada seorang seniman yang bisa membuatnya jatuh cinta dan menemukan kembali kepingan kehidupannya yang dianggapnya telah remuk. Kekasihnya itu mengenalkannya pada keindahan Yogyakarta hingga mampu membuka kepedihan ibu si penulis terhadap kesendiriannya. 

Dalam suratnya di 16 Februari 2009, dirinya menemukan kondisi kesehatannya mulai menurun. Terlebih kekasihnya pergi untuk tur orkestra ke Jerman. Dan setelah itu, barulah segala kebahagiaan yang baru saja dirasakannya perlahan kembali luntur dan terenggut; dirinya difonis kanker; dan kekasihnya diam-diam menghamili anak didiknya sendiri saat di Jerman. Hanya Tuan Pemilik Toko dan anaknya yang menemaninya di kondisi-kondisi terakhirnya. Dan surat-surat yang dia mampu tuliskan berakhir di 26 Juni 2011.

Hingga pada akhirnya seseorang tanpa nama kemudian berinisiatif mengirimkan surat-surat tersebut kepada tujuannya: Tuan Alien. Di bagian sampul buku belakang, adalah jawaban bagaimana nasib surat-surat itu kemudian.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar