Senin, 25 April 2016

Resensi Novel "Alena"

Judul      : Alena, Selubung Cinta di Muzdalifah
Penulis     : Ifa Avianty
Penerbit   : Mizania
Tahun     : 2009

Bagi Alena, cinta adalah hal yang paling penting, itu menjadi prioritas munajatnya ketika dirinya melaksanakan ibadah haji, dirinya ingin dipertemukan dengan jodohnya. Meskipun, Haikal telah menjadi tunangannya, dan menantinya dengan setia di akhir perjalanan spiritualnya itu, Alena merasa bahwa Haikal tidak dia cintai sepenuhnya. Meskipun mereka adalah pasangan yang serasi ketika SMA, dipertemukan kembali setelah lama tidak bertemu ketika keduanya telah saling sukses dalam berkarir.

Dalam rombongan hajinya, Alena dipertemukan dengan banyak orang, termasuk Khaidir, seorang guide haji yang berasal dari Arab. Alena berusaha untuk tetap istiqomah terhadap pertunangannya dengan Haikal, meskipun hati kecilnya merasakan ketertarikannya pada Khaidir. Dalam perjalan menunaikan ibadahnya, diam-diam Alena memanjatkan doa untuk mencari jawaban atas jodohnya, antara Haikal atau Khaidir. Keteguhannya terhadap ibadah dan konflik perasaannya terhadap dua lelaki yang dicintainya membuat sedikit kebimbangan dalam dirinya. Diantara gejolak perasaannya, dirinya diingatkan pada pemikiran-pemikiran tokoh-tokoh Islam untuk meneguhkan keimanannya.

Dalam kesungguhannya, dirinya merasakan kerinduan pada Haikal untuk tetap mencintai dan dengan sabar menerima Haikal sebagai calon suaminya kelak saat pulang ke tanah air. Dan di saat itu pula, Alena mengikhlaskan perasaannya terhadap Khaidir dan meneguhkan hati pada Haikal dan berniat mencintainya sepenuh hati, sebagai seorang perempuan yang setia pada orang yang menantinya. Akan tetapi, peristiwa tidak terduga ternyata di alami oleh Alena ketika dirinya pulang dan bertemu dengan Haikal, Haikal sendiri yang memutuskan untuk mengakhiri pertunangannya dengan Alena karena Haikal merasa bahwa Alena akan lebih bahagia tanpa dirinya.

Merasa bahwa cintanya terhadap Haikal dipadamkan ketika cintanya mulai berkobar, Alena merasa terpuruk dan membuatnya membenci Haikal. Terlebih bahwa Alena merasa bahwa dirinya sudah berkorban banyak untuk Haikal dengan lebih memilih Haikal ketimbang Khaidir. Alena merasakan kepedihan dan amarah yang memuncak ketika beberapa tahun kemudian dirinya melihat Haikal akan menikahi perempuan lain. Tak berapa lama, dirinya kembali dipertemukan dengan Khaidir di suatu acara. Dia menemukan bahwa Khaidir dipanggil abi oleh seorang anak. Alena lari menangisi kegagalan kedua cintanya, dan menganggap bahwa semua hal yang dia nanti selama ini adalah sebuah kesia-siaan. Yang terjadi ternyata adanya kesalahpahaman antara Khaidir dan Alena, yang saat itu kenyataan diluruskan oleh Khaidir bahwa dirinya belum menikah, dan saat itu pula Khaidir melamar Alena.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar