Senin, 25 April 2016

Resensi Novel "Dari Jendela Hauzah"

Judul       : Dari Jendela Hauzah
Penulis     : Otong Sulaeman
Penerbit   : Mizania
Tahun      : 2010

Cerita ini dipenggal melalui dua narasi plot yang terpisah dan dipertemukan di beberapa bab terakhir; cerita Asep seorang santri Hauzah yang berasal dari Indonesia yang belajar di Qum – Iran; dan Dewa Darmawangsa serta Daniel Nikbakht seorang Yahudi Iran yang mengalami insiden, ketika liburan bersama keluarganya di Bali – Indonesia.

Setelah cintanya kandas karena Asep lebih memilih melanjukan studinya di Iran dan ayah Alifia, kekasihnya, murka dan meminta Asep memutuskan hubungannya dengan Alifia, tidak menghentikan niatnya untuk mendalami Islam di kampus Hauzah yang terkenal tersebut. Di sela kegundahannya pada hubungannya bersama Alifia, Asep menemukan banyak hal dan peristiwa selama dirinya belajar ilmu Islam di Iran. Asep menemukan budaya Iran yang sangat indah dan tentram, dia bertemu banyak orang dari berbagai negara, seperti Thailand, Malaysia, Myanmar, Cina, juga Philipina, meskipun demikian kelompok asal Indonesia tetap menjadi sahabat terpercaya Asep dalam menempuh studinya.

Gagasan-gagasan Islam kemudian menjadi kajian sering dibahas dalam studinya. Adalah Syeikh Abdullah yang menjadi dosen mata kuliah Aqidah dan juga seorang kepala asrama yang difavoritkan oleh santri-santri dari keseluruhan negara. Dari Syeikh Abdullah, Asep dan santri-santri yang lainnya mengenal tentang keberadaan agama, pemikiran kritis tentang gagasan-gagasan Barat/Eropa, serta wacana-wacana pemikiran tentang keruntuhan Iran sendiri. Syeikh Abdullah sangat mengagumi Murthada Muthahhari, seorang filsuf terkemuka Islam yang sangat cerdas dengan bantahannya terhadap wacana filsafat barat, meskipun dengan segala ketegasaannya, Muthahari dipandang sebagai sosok yang sangat sederhana dan bersahaja. Maka Pantaslah bagi masyarakat Iran, sosok tersebut sangat dikagumi dan memengaruhi pandangan masyarakat Iran terhadap Amerika.

Dari kisah Asep, seorang santri sederhana di Hauzah, banyak hal-hal yang dinarasikan sangat apik tentang Hauzah, Negara Islam Iran, dan masyarakatnya yang sebagian adalah keturunan Yahudi. Selain itu permasalahan-permasalahan yang melanda Asep dan teman-temannya selalu disolusikan secara Islami dan penuh hikmah. Termasuk diantaranya tentang surat-surat Alifia yang selama beberapa saat menghantui Asep, di surat terakhir berasal dari Ayah Alifia yang mengabarkan bahwa Alifia sudah meninggal dunia. Surat-surat tersebut dibaca Asep setelah melakukan nazar untuk tidak membuka surat-surat Alifia sebelum menyelesaikan semesternya. Dengan rasa ikhlas, Asep melepaskan Alifia dan mendoakannya.

Dewa dan Daniel bukanlah teman lama, mereka dipertemukan pada liburan-bisnis keluarga. Mereka akrab karena sama-sama bakal penerus perusahan besar di masing-masing negaranya. Anehnya, mereka punya kehidupan yang bersilangan: Dewa adalah warga negara Indonesia yang tidak memiliki kepercayaan terhadap agama dan memiliki kekasih seorang model terkenal, sementara Daniel adalah seorang keturunan Iran Yahudi yang tertarik mendalami Islam setelah kedekatannya dengan Wafa, gadis Lebanon muslimah yang menutup tubuhnya dari aurat. Ketika di Kuta, terjadi peristiwa pengeboman oleh teroris yang menimbulkan banyak korban termasuk kedua orang tua Dewa dan Daniel.

Dewa yang terpuruk atas kematian kedua orangtuanya tersebut, frustasi dan menutup dirinya terhadap dunia. Sementara Dewa mengutuk hidupnya sendiri, Daniel malah menjadi terdakwa dan dituduh menjadi biang keladi atas tragedi Bom Bali yang menewaskan kedua orangtuanya. Di saat Daniel membutuhkan bantuan Dewa, Dewa sama sekali hilang dari muka bumi. Hingga pada akhirnya, Dewa mengetahui kondisi Daniel dan segera menyusulnya ke Teheran, Iran. Di Kota Teheran, Dewa menemukan banyak fakta tentang pemimpin Iran, Khemenei, yang menjadi pujaan rakyat-rakyatnya, dan bahkan diantara perjalanan menuju Penjara Evin, Dewa semakin menemukan kebenaran tentang konflik besar yang membuat Daniel terancam kena hukuman gantung, yakni terorisme yang selalu dituduhkan kepada kaum muslim. Selain itu, dari Mohsen, kepala polisi yang menangani kasus Daniel, Dewa banyak mengenal Islam. Kemudian Dewa dibantu Asep untuk menyelesaikan masalah Daniel di Teheran atas informasi Syeikh Abdullah yang memercayakan Asep sebagai santri Hauzah asal Indonesia.

***

1 komentar: