Senin, 25 April 2016

Resensi Novel "Lafaz Cinta"

Judul       : Lapaz Cinta
Penulis      : Sinta Yudisia
Penerbit    : Mizania
Tahun      : 2007


Seyla memutuskan untuk belajar dan menekuni ilmu seni di Netherland setelah kehancuran hati yang dialaminya selepas Zen, tunangannya, memutuskan hubungan mereka karena dijodohkan oleh kedua orang tuanya kepada Lila. Di negara itulah, Seyla kemudian bertemu dengan Judith dan Barbara yang keduanya adalah seorang atheis, Ben dan Marko kedua karib yang ternyata adalah pasangan gay, Pangeran Karl dan Putri Constance yang dijodohkan karena kepentingan dua negara: Netherland dan Belanda.


Seiring kedekatan Seyla bersama teman-temannya tersebut, semakin dia terjerumus ke dalam konflik intern mereka. Judith dan Barbara menjauhinya karena melihat Seyla telah menjadi orang ketiga dalam kehidupan Pangeran Karl dan Putri Constance. Seyla tidak menampik perasaannya terhadap Pangeran Karl, terlebih setelah perhatian Pangeran terhadapnya yang dirasa berbeda. Semua gadis biasa memiliki angan-angan akan pangeran yang datang kepadanya seperti cerita-cerita di dalam dongeng, sisi lain di dalam dirinya merasakan hak istimewa untuk berharap Pangeran Karl akan lebih memilihnya daripada memilih Putri Constance, Seyla sudah terlalu berangan-angan tentang keajaiban kisah dongeng. Setelah dirinya sadar, Putri Constance yang telah menganggapnya sebagai teman dekat, menjauhinya dan menganggap Seyla sebagai saingan. Di situasi itulah Seyla membutuhkan teman berbagi, setelah Judith dan Barbara memusuhinya, Marko dan Ben tidak dapat membantu setelah mendapati diri mereka terkena HIV dan akan segera pindah ke Thailand.


Di situasi paling getir itulah, Seyla dekat dengan Saule dan Kareem Retorik, warga negara Chechnya yang menetap di Netherland bersama kedua anak angkat mereka, Asma dan Renata. Di komunitas De Gromiest, komunitas muslim di Netherland, Seyla tidak merasa sendiri di tanah rantauannya, dia bertemu dengan muslim-muslim lain, termasuk Arya dan Mahendra yang sama-sama dari Indonesia. Tidak disangka, acara De Gromiest yang diselenggarakan untuk mengenang momen-momen pembantaian umat muslim di dunia, termasuk diantaranya negara Saule, Chechnya, secara perlahan telah menyatukan dan menyelesaikan semua konflik yang mendera Seyla. Barbara yang menemukan hidayahnya untuk mengenal Islam, Marko yang tersentuh untuk kembali ke Netherland dan bergabung di De Gromiest, dan membuat Putri Constance kembali dekat dengan Seyla, dan membuat Seyla dengan ikhlas melepas perasaannya terhadap Pangeran Karl.


Namun, kepergian Saule beserta keluarganya ke Chechnya, membuat Seyla kembali kehilangan pegangan. Tetapi dengan ketiadaannya Saule yang selalu membantunya itulah yang membuat Seyla semakin ingin mengenal agamanya Islam. Seyla kemudian mulai sedikit demi sedikit menjadi muslimah seutuhnya. Bersama De Gromiest, Seyla menunaikan ibadah haji dan kembali dengan mendapatkan jodohnya setelah menerima pinangan teman satu komunitasnya di De Gromiest yang melamarnya setelah menyelesaikan ibadah haji. Seyla kemudian menerima lamaran Stepen Gaizauskaite dari Lithuania, yang enam bulan setelahnya menetap dan kembali ke Indonesia.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar