Senin, 25 April 2016

Resensi Novel "Izinkan Aku Bersujud"

Judul      : Izinkan Aku Bersujud
Penulis    : Tyas Effendi
Penerbit  : Mizania
Tahun     : 2009

Pertemuan Zevrin dengan Fathiya di sebuah rumah sakit swasta di Bandung merupakan awal perubahan hidup Zevrin. Zevrin adalah mahasiswi keperawatan yang tengah praktek, dia kemudian berkenalan dengan Syaddah dan anak angkatnya bernama Fathiya. Mereka berdua adalah warga negara Lebanon yang untuk sementara tinggal dan bertugas di Indonesia. Zevrin menemukan Fathiya ketika anak usia belasan tahun itu dirawat karena typus. Diantara tidurnya Fathiya seringkali menyebut nama Wahid, kakaknya, mereka terpisah karena perang yang terjadi di Lebanon. Dari pertemuannya itu, Zevrin dan Fathiya menjadi dekat, dan Fathiya menganggap Zevrin sebagai saudarinya.

Karena kesibukan Syaddah, maka Fathiya lebih lama menghabiskan hari-harinya bersama Zevrin. Zevrin seringkali menemukan perahu kertas di lacinya, yang mengingatkannya kembali kepada cintanya pada Arviga. Di masa lalu, Zevrin dan Arviga kerap membuat perahu kertas dan melepaskannya di Sungai Musi. Kenangan-kenangan itu yang membuat Zevrin kemudian mengingat akan janji mereka untuk kembali bertemu.

Di sela waktu-waktunya bersama Fathiya, Zevrin mengenal kehidupan tragis di Lebanon melalui tulisan-tulisan Fathiya di catatan lusuhnya. Serangan dan penderitaan, hingga pengungsian yang dialami oleh Fathiya beserta keluarganya menjadi penderitaan warga Lebanon lainnya. Dari kepolosan Fathiya, Zevrin mengenal Islam dan mulai memperbaiki hidupnya dengan mulai memakai hijab dan membaca Al-Quran. Hingga pada suatu hari, Zevrin telah menyelesaikan kuliahnya dan kembali ke Palembang, dia menemukan bahwa yang selama ini membuat perahu kertas yang ada di lacinya adalah Fathiya.

Zevrin kembali bertemu dengan Arviga di Palembang, ketika cinta mereka kembali bersemi dan hampir menuju ke pelaminan, Fathiya muncul kembali di hadapan Zevrin menjadi sosok pemuda yang telah banyak berubah. Dan saat itu pula, Fathiya mengungkapkan perasaannya pada Zevrin bahwa cintanya bukan sebagai seorang adik pada kakak. Zevrin yang merasa bahwa perbedaan umur mereka yang terlampau jauh membuat Zevrin menganggap bahwa perasaan cinta Fathiya padanya hanyalah kesalahpahaman. Zevrin merasa hancur dan makin terpuruk ketika Arviga memutuskan hubungan mereka karena telah merasakan perasaan Fathiya terhadap Zevrin.

Merasa keterpurukan menimpanya, Zevrin kemudian memilih bertugas di Lebanon dan mengabdikan hidupnya di wilayah konflik tersebut. Tanpa disengaja, Zevrin bertemu Wahid Assegaf, kakak Fathiya yang sedang dicari-cari oleh adiknya tersebut. Setelah pertemuannya dengan Wahid, giliran Zevrin yang mencari Fathiya yang kabarnya tidak diketahui lagi setelah kemarahan Zevrin padanya. Tak berapa lama Zevrin, Wahid, dan Fathiya bertemu kembali di Jounieh, dan kebersamaan mereka membuat mereka merasa sebagai sebuah keluarga, perjalanan-perjalanan dan waktu yang memutuskan kebersamaan antara Zevrin dan Fathiya ternyata yang menyadarkan mereka bahwa mereka saling mencintai.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar