Ini diawali dengan maraknya penyerangan terhadap budaya populer yang saat ini tengah marak melalui jejaring sosial (baca: sosmed) disebabkan kecanggihan informasi dan teknologi.
Akhir-akhir ini pembaca berita akan dibuat miris dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dengan tagline SELFIE. Dari masyarakat sipil hingga pejabat sekelas Barack Obama pernah diberitakan dengan tema serupa. Akan tetapi, pembaca akan dibawa pada sebuah gagasan bahwa selfie merupakan sebuah aktivitas yang tidak beretika.
Jadi, narasi seperti "selfi harus tahu situasi dan kondisi" menjadi sebuah landasan utama bahwa aktivitas memotret diri sendiri harus melihat konteks. Akan tetapi, konteks seperti apa yang tepat untuk menggunakan selfie agar tepat penggunaannya, sampai saat ini belum ditemukan fungsi yang bisa diterima secara fair. Belum lagi pemberitaan terhadap bahaya selfie di Indonesia menjadi sebuah momok masyarakat yang disorot sebagai aktivitas mengancam dan berlebihan. Ambillah contoh, berita belakangan ini tentang remaja yang gila selfie menginjak bunga, atau yang diberitakan lebih parah adalah ketika selfie telah merenggut nyawa dua mahasiswa di Jakarta, atau juga di Gunung Merapi Yogyakarta.
Jadi, narasi seperti "selfi harus tahu situasi dan kondisi" menjadi sebuah landasan utama bahwa aktivitas memotret diri sendiri harus melihat konteks. Akan tetapi, konteks seperti apa yang tepat untuk menggunakan selfie agar tepat penggunaannya, sampai saat ini belum ditemukan fungsi yang bisa diterima secara fair. Belum lagi pemberitaan terhadap bahaya selfie di Indonesia menjadi sebuah momok masyarakat yang disorot sebagai aktivitas mengancam dan berlebihan. Ambillah contoh, berita belakangan ini tentang remaja yang gila selfie menginjak bunga, atau yang diberitakan lebih parah adalah ketika selfie telah merenggut nyawa dua mahasiswa di Jakarta, atau juga di Gunung Merapi Yogyakarta.